SIAPA pun kita, tentu pernah merasakan marah, bahkan terkadang tidak bisa mengendalikan diri karena emosi yang sudah memuncak. Memang sifat marah merupakan tabi’at manusia, karena mereka memiliki nafsu yang cenderung ingin selalu dituruti dan tidak mau ditolak keinginannya. Nafsu amarah adalah satu musuh dalam (musuh batin) yaitu nafsu yang selalu memerintahkan kepada keburukan dan jauh lebih berbahaya dibandingkan musuh-musuh yang lainnya.
KARENA marah manusia bisa rusak, rusak hati, rusak pikiran dan rusak pula jasadnya. Hal ini sebagaimana terjadi pada kisah sangat menyedihkan yang terjadi pada seorang anak yang harus kehilangan kedua tangannya hanya karena ulah orang tuanya yang tidak bisa menahan nafsu amarahnya.
Kisah ini di ambil dari salah satu fanpage berikut :
(https://www.facebook.com/Ceritamengharukan/posts/539302846094218)
"Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di
halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan , tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya"
Sahabat...... sangat merugi manakala seseorang tidak mampu mengontrol amarahnya. Bahkan ketika seseorang sering tidak dapat mengontrol amarahnya minimal tubuhnya akan rentan terhadap 16 dampak negatif dari amarah ini, seperti :
1. Kemarahan dapat menyebabkan stres dan ketidakbahagiaan
2. Kemarahan diketahui menyebabkan tekanan darah tinggi
3. Kemarahan dapat membuat agan rentan terhadap peradangan dan nyeri otot
4. Cepat letih
5. Kesulitan untuk tidur
6. Kemarahan dapat melemahkan kekebalan tubuh
7. Kemarahan dapat menyebabkan isolasi sosial
8. Detak jantung yang lebih
cepat
9. Meningkatkan hormon stres
10. Stroke
11. Sakit kepala
12. Masalah pernapasan
13. Sering sakit
14. Serangan cemas
15. Depresi
16. Gangguan pencernaan
IBARAT api, marah bisa membakar seseorang dalam kondisi yang kian buruk. Tapi, semua orang bisa mengendalikannya dengan meningkatkan kemampuan menakar emosi yang dapat menjadi pemadam kebakaran paling efektif. “Siapapun bisa marah. Marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal mudah
Alangkah indahnya jika kita dapat menguasai diri dan menghidari kemarahan, sebab itu hanya akan merugikan diri sendiri dengan mengundang berbagai penyakit. maka dari itu kita lebih memilih untuk belajar sabar.
Tips Cara Mengendalikan Dan Menahan Amarah
1. Berwudlu dan sholat
Berwudhu akan mengurangi panasnya "bara" amarah di dalam hati. Dan, sholat akan membuat pernafasan menjadi lebih pelan dan lebih rileks. Ini sebuah cara ampuh untuk menurunkan tekanan psikologis maupun stress.
2. Ekspresikan kemarahan dengan benar
Setelah tenang dan berpikir jernih, ekspresikan kemarahan dengan cara yang asertif. Mengekspresikan frustrasi dengan berteriak misalnya. Nyatakan kebutuhan dan kekhawatiran secara jelas dan langsung tanpa menyakiti orang lain dan diri sendiri.
3. Latih tubuh
Jika masih sulit untuk menenangkan diri dengan menjadi diam, cobalah berolahraga sebagai saluran untuk menghilangkan kemarahan. Sembuhkan kemarahan dengan berjalan-jalan.
4. Bersikaplah dewasa
Umumnya mereka yang dewasa secara akal, pikiran, dan lebih matang memiliki pengendalian diri yang baik. sebab dengan menahan diri untuk tidak marah merupakan seorang pria yang jantan karena bisa mengendalian amarah dan hawa nafsu yang bergejolak.
5. Pergi kekamar mandi kemudian cuci muka
Air dapat membersihakan kotoran dan mengalirkan segala sesutu. Jika sedang dalam keadaan marah sebaiknya lekaslah mengambil air (berwudu)
6. Seringlah tertawa
Amarah dan humor memang tidak sama dan tak mungkin dalam satu waktu. Sehingga jika mau tertawa, dan tak ada salahnya menertawakan diri sendiri pada saat suasana mulai tidak mengenakkan hati maka amarah yang siap keluar bakal mereda.
7. Tingkatkan empati
Lihatlah situasinya menurut sudut pandang orang lain. Ini akan membuat anda menemukan kecakapan baru, bahwa anda bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Maka, orang lain akan lebih menghargai anda.
8. Memaafkan
Betapa pun anda pernah luka di "hati" yang dalam membekas, cobalah untuk memaafkan...meskipun menurut anda hal itu tidak mungkin untuk dimaafkan. Cobalah melepaskan amarah dengan memaafkannya. Percayalah, anda akan merasakan "pelepasan beban" yang membuat hidup jauh lebih ringan untuk dijalani.
9. Toleransi
Belajar menerima orang lain seperti apa adanya, bukan ingin menjadikan mereka sesuai kehendak anda. Dengan sikap toleran ini, maka pada saat anda berbicara, itu akan lebih didengarkan oleh orang lain.
10. Istirahat
Ketika Anda merasa marah, istirahat. Beri diri anda waktu untuk meredakan kemarahan. Pelan sedikit. Menjauh dari situasi atau orang yang yang membuat anda marah.
Semoga bermanfaat
0 Response to "Waspadalah !!....Karena Cat Mobil, Kedua Tangan Anak Ini Harus Di Amputasi. Orang Tua Wajib Baca"
Post a Comment