Testimoni Seorang Muslim yang Dukung Ahok. Sangat Menyentuh!



Abis gunting rambut, ngomongin pilkada. Paling bener ngomongin politik itu dengan ’barber’ atau ’supir taxi’. Everywhere I go I am campaigning.

Tapi banyak yang salah mengira bahwa gue ’die hard’nya Ahok. Biasanya ini orang-orang yg baru mengenal gue. Atau kalaupun lama kenal, tidak pernah mengikuti sepak terjang gue dalam beraktivitas politik.
Let me get this straight, I am no die hard for anyone. cause people (can) change, people die, people retire, they get old some may betray. Tapi yang tidak berubah yaitu ’ideas’ & ’principles’. Gue punya keyakinan tentang fondasi yang diletakkan mulai Soempah Pemoeda 1928. Gue punya keyakinan bahwa Allah SWT punya maksud ketika menjadikan Indonesia begitu bhinneka dalam budaya, suku, ras, etnis, bahasa tapi sekaligus sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, untuk dijadikan rujukan yang sesungguhnya dari pengejewantahan “Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamin.”
Gue tidak sedang memperjuangkan Ahok, Djarot atau parpol tertentu. Gue sedang memperjuangkan ide, prinsip-prinsip dasar bahwa di dunia kebaikan bisa datang dari mana saja, begitupun kebathilan. Bahwa kebenaran bagi yang satu bisa (dan boleh) berbeda dari yang lain selama tidak merusak, tidak menciptakan rasa takut, dan memberikan ruang bagi semua dengan seadil-adilnya. Bahwa agama dan keyakinan seseorang tidak menjadikan istimewa ataupun hina, hanya tindakannya yang dapat kita hakimi. Bahwa kata toleran adalah kata yang terlalu lemah, dan masih berarti (sebenarnya kami tidak suka) tapi kami sudah mentoleransi. Bahwa mencintai, saling menghargai, & saling menghormati tanpa harus mengetahui SARA seseorang harus dikedepankan. Bahwa keyakinan tak dapat dihukum. Bahwa Tuhan Yang Maha Segala adalah dzat untuk diyakini bukan diperjuangkan atau diperjualbelikan. Bahwa agama bukanlah identitas melainkan keyakinan dalam cara menyembah dan bukan untuk dijadikan komoditas demi kekuasaan. Bahwa jabatan publik itu adalah kemuliaan dan pengemban amanat rakyat adalah pelayan bagi semua, sekaligus penjaga aset warga & negara bukan pencurinya. Bahwa kepura-puraan yang dibungkus jubah kesantunan tidak ada tempatnya di negeri ini.
Gue sedang mempertahankan sekaligus memperjuangkan ide dan gagasan, seperti waktu turut mendirikan Partai Amanat Nasional tahun 1998, mendukung Amien-Siswono, mendukung Faisal Basri di putaran 1 pilgub 2012, Jokowi-Ahok di putaran 2, Jokowi-JK untuk presiden dan sekarang Ahok-Djarot. Bukan karena mereka sebagai individu tapi mereka (kala itu) sebagai penjaga & pengusung ide maupun gagasan yang sama dengan apa yang gue yakini kebenarannya.
Sebagai seorang pribumi, Muslim, bukan caleg ataupun mengejar jabatan publik apapun, atau punya kepentingan bisnis dengan pemprov DKI, memang (seakan) seharusnya tak penting siapapun yang menjadi Gubernur. Tapi kembali lagi, politiklah yang pada akhirnya cepat atau lambat menentukan arah kehidupan bernegara kita, gaya hidup kita, cara berpakaian kita, setara tidaknya kita (gender/SARA), dsb.
Pilkada ini tidak lagi soal Jakarta, ini soal kelangsungan kebhinnekaan yang damai, soal keadilan, soal Indonesia yang Islami bukan Yamani (yang tak henti-henti perang saudara). Ini soal mempertahankan nilai nilai kebangsaan yang pernah gue banggakan. Juga nilai-nilai keislaman Rasulullah yang mengedepankan keadilan, memberi maaf, berzakat dan sedekah, dan melindungi semua tanpa pandang agama bukan nilai-nilai yang dianggap Islami kaum Khawarij yang melenyapkan kekhalifahan yang mereka anggap terlalu pemaaf.
Bukan, gue tidak sedang memperjuangkan Ahok-Djarot. Gue (dan kawan-kawan lainnya) lagi memperjuangkan hak anak-anak kita semua untuk menjadi Gubernur karena kemampuannya, bukan semata identitas agamanya.
Choose side. Stand firm. Cause a friend to all is a friend to none.
Chico Hakim
(suara Islam)

0 Response to "Testimoni Seorang Muslim yang Dukung Ahok. Sangat Menyentuh!"

Post a Comment