Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol M Iqbal pimpin pengamanan HTI di Masjid Agung Al Akbar Surabaya (Foto: Istimewa)
Komitmen dan kesungguhan GP Ansor dan Banser patut diacungi jempol. Mereka tidak segan-segan turun ke jalan dan membubarkan kegiatan yang berbau makar dan gerakan khilafah. GP Ansor dan Banser yang menyadari bahwa HTI adalah gerakan terang benderang khilafah dan tidak mengakui dan menolak Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Undang-Undang Dasar 1945 dan keutuhan NKRI (negara kesatuan Republik Indonesia), sebagai ideologi bangsa dan konstitusi bangsa Indonesia, melakukan penghadangan.
Penghadangan tidak hanya dilakukan di tempat acara, bahkan juga dilakukan di daerah perbatasan menuju ke Surabaya. GP Ansor dan Banser di daerah Jatim. Satu penghadangan terjadi di daerah perbatasan Tulungagung dan Trenggalek. Anggota Banser NU menghadang ratusan aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang tengah melakukan pawai. Mereka menurunkan paksa bendera khalifah yang dibawa anggota HTI hingga nyaris terjadi keributan.
Meski melakukan penghadangan, Banser tetap dikawal aparat dan tidak main hakim sendiri. Sebenarnya mereka sudah memberikan pemberitahuan kepada pemerintah setempat dan juga aparat untuk menghentikan kegiatan HTI ini dan mengharapkan mereka tidak melakukan konvoi. Tetapi aktivis HTI ngotot dan akhirnya penghadangan pun dilakukan.
HTI memang dijadwalkan akan mengadakan kegiatan tabligh akbar atau kirab dengan tema “Khilafah Kewajiban Syariat” di Surabaya, Minggu, 2 April 2017. Kegiatan yang dilakukan oleh HTI yang sudah sangat jelas merupakan gerakan khilafah tidak dihentikan oleh pemerintah setempat. Karena itu, GP Ansor dan Banser pun melakukan penghadangan.
Yoyok Mubarok, Ketua Satuan Koordinator Cabang Banser Tulungagung, yang memimpin aksi, menyebutkan bahwa kegiatan ini sudah lama terdengar dan mereka sudah mengerahkan anggota supaya acara HTI ini tidak terlaksana. Karena itu, 200 anggota Banser disiagakan di ruas jalan antar kota, pusat keramaian, dan alun-alun kota. Mereka diperintahkan membubarkan setiap kegiatan HTI yang mengarah pada pendirian negara Islam dan mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di Surabaya pun anggota GP Ansor dan Banser berjaga-jaga untuk menghadang aktivis dan kader HTI yang mungkin saja masih ngotot melakukan acara mereka. Penghadangan memang terpaksa dilakukan oleh GP Ansor dan Banser karena organisasi HTI sangat kental dengan gerakan pendirian negara Islam. Di situsnya saja sampai saat ini mereka masih menyimpan asa mendirikan negara Islam di Indonesia.
Komitmen dan kesungguhan GP Ansor dan Banser ini kiranya juga menjadi komitmen dan kesungguhan kita bersama. Jangan biarkan bertumbuh benih-benih berdirinya negara Islam di dalam NKRI. Negara ini sudah paripurna dengan Pancasila, NKRI, dan Kebhinekaannya. Gerakan apapun yang berusaha mengganggu gugat ideologi dan prinsip bernegara Indonesia tidak boleh dibiarkan.
“Anggota (Banser) sudah standby dan tetap siaga sampai benar-benar kosong dan tidak ada kegiatan (tabligh akbar HTI),” kata Kepala Satuan Koordinasi Wilayah (Kasatkkorwil) Banser Ansor Jawa Timur Moh Abid Umar Faruq di depan Masjid Al Akbar.
“Bukan hanya kewajiban GP Ansor dan Banser untuk menjaga keutuhan NKRI. Seluruh elemen anak bangsa juga berkewajiban melawan segala bentuk rongrongan sebagaimana gerakan khilafah yang diusung HTI,” jelasnya.
Saya sangat bersyukur di negeri ini ada NU dengan organisasi GP Ansor dan Bansernya. Ketika banyak ormas radikal dan berusaha menggantikan ideologi NKRI dan menggulingkan pemerintahan dengan segala peraturan Undang-undangnya, GP Ansor dan Banser hadir untuk menghadangnya.
Hari ini mereka berhasil menghadang gerakan khilafah masuk dan mendeklarasikan keberadaan mereka. Keberhasilan yang belum bisa dikatakan memuaskan karena dari apa yang terlihat di lapangan, massa HTI jumlahnya bukanlah sedikit. NU harus mulai berhati-hati karena kehadiran HTI di Jawa Timur tidak lagi bisa dianggap sepele. Berikut adalah penampakannya.

Foto: Rois Jajeli/detikcom

Foto: Rois Jajeli/detikcom

Foto: Ainur Rofiq/detikcom
Salam NKRI.
Komitmen dan kesungguhan GP Ansor dan Banser patut diacungi jempol. Mereka tidak segan-segan turun ke jalan dan membubarkan kegiatan yang berbau makar dan gerakan khilafah. GP Ansor dan Banser yang menyadari bahwa HTI adalah gerakan terang benderang khilafah dan tidak mengakui dan menolak Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Undang-Undang Dasar 1945 dan keutuhan NKRI (negara kesatuan Republik Indonesia), sebagai ideologi bangsa dan konstitusi bangsa Indonesia, melakukan penghadangan.
Penghadangan tidak hanya dilakukan di tempat acara, bahkan juga dilakukan di daerah perbatasan menuju ke Surabaya. GP Ansor dan Banser di daerah Jatim. Satu penghadangan terjadi di daerah perbatasan Tulungagung dan Trenggalek. Anggota Banser NU menghadang ratusan aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang tengah melakukan pawai. Mereka menurunkan paksa bendera khalifah yang dibawa anggota HTI hingga nyaris terjadi keributan.
Meski melakukan penghadangan, Banser tetap dikawal aparat dan tidak main hakim sendiri. Sebenarnya mereka sudah memberikan pemberitahuan kepada pemerintah setempat dan juga aparat untuk menghentikan kegiatan HTI ini dan mengharapkan mereka tidak melakukan konvoi. Tetapi aktivis HTI ngotot dan akhirnya penghadangan pun dilakukan.
HTI memang dijadwalkan akan mengadakan kegiatan tabligh akbar atau kirab dengan tema “Khilafah Kewajiban Syariat” di Surabaya, Minggu, 2 April 2017. Kegiatan yang dilakukan oleh HTI yang sudah sangat jelas merupakan gerakan khilafah tidak dihentikan oleh pemerintah setempat. Karena itu, GP Ansor dan Banser pun melakukan penghadangan.
Yoyok Mubarok, Ketua Satuan Koordinator Cabang Banser Tulungagung, yang memimpin aksi, menyebutkan bahwa kegiatan ini sudah lama terdengar dan mereka sudah mengerahkan anggota supaya acara HTI ini tidak terlaksana. Karena itu, 200 anggota Banser disiagakan di ruas jalan antar kota, pusat keramaian, dan alun-alun kota. Mereka diperintahkan membubarkan setiap kegiatan HTI yang mengarah pada pendirian negara Islam dan mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di Surabaya pun anggota GP Ansor dan Banser berjaga-jaga untuk menghadang aktivis dan kader HTI yang mungkin saja masih ngotot melakukan acara mereka. Penghadangan memang terpaksa dilakukan oleh GP Ansor dan Banser karena organisasi HTI sangat kental dengan gerakan pendirian negara Islam. Di situsnya saja sampai saat ini mereka masih menyimpan asa mendirikan negara Islam di Indonesia.
Komitmen dan kesungguhan GP Ansor dan Banser ini kiranya juga menjadi komitmen dan kesungguhan kita bersama. Jangan biarkan bertumbuh benih-benih berdirinya negara Islam di dalam NKRI. Negara ini sudah paripurna dengan Pancasila, NKRI, dan Kebhinekaannya. Gerakan apapun yang berusaha mengganggu gugat ideologi dan prinsip bernegara Indonesia tidak boleh dibiarkan.
“Anggota (Banser) sudah standby dan tetap siaga sampai benar-benar kosong dan tidak ada kegiatan (tabligh akbar HTI),” kata Kepala Satuan Koordinasi Wilayah (Kasatkkorwil) Banser Ansor Jawa Timur Moh Abid Umar Faruq di depan Masjid Al Akbar.
“Bukan hanya kewajiban GP Ansor dan Banser untuk menjaga keutuhan NKRI. Seluruh elemen anak bangsa juga berkewajiban melawan segala bentuk rongrongan sebagaimana gerakan khilafah yang diusung HTI,” jelasnya.
Saya sangat bersyukur di negeri ini ada NU dengan organisasi GP Ansor dan Bansernya. Ketika banyak ormas radikal dan berusaha menggantikan ideologi NKRI dan menggulingkan pemerintahan dengan segala peraturan Undang-undangnya, GP Ansor dan Banser hadir untuk menghadangnya.
Hari ini mereka berhasil menghadang gerakan khilafah masuk dan mendeklarasikan keberadaan mereka. Keberhasilan yang belum bisa dikatakan memuaskan karena dari apa yang terlihat di lapangan, massa HTI jumlahnya bukanlah sedikit. NU harus mulai berhati-hati karena kehadiran HTI di Jawa Timur tidak lagi bisa dianggap sepele. Berikut adalah penampakannya.

Foto: Rois Jajeli/detikcom

Foto: Rois Jajeli/detikcom

Foto: Ainur Rofiq/detikcom
Salam NKRI.

0 Response to "Bubarkan Acara HTI Di Surabaya, Banser Dan GP Ansor Kawal NKRI, Terima Kasih "
Post a Comment