Berikut adalah pernyataan resmi dari Anies dan Sandi mengenai ketidakhadiran mereka di acara debat Kompas TV:
Sampai detik terakhir, acara “Rosi dan Kandidat Gubernur” (untuk selanjutnya disebut “acara Rosi”) tidak pernah mendapatkan jawaban dari Tim Anies-Sandi tetapi acara Rosi secara sepihak terus mengiklankan acara debat.
Pada saat acara Rosi sudah dikabari pada 27/3/2017 bahwa yang hadir adalah calon Wakil Gubernur (karena Cagub seminggu sebelumnya sudah ada acara debat di TV lain), acara itu masih terus diiklankan sebagai “Pertama Kali Kedua Pasangan Calon Bertemu dalam Putaran Kedua”. Ini jelas sebuah pengabaran yang tidak sesuai fakta. Pengiklanan oleh Acara Rosi yg tidak benar itu menjadi catatan khusus bagi tim Anies-Sandi. Terlihat bahwa Acara Rosi tidak taat etika.
Disamping itu, tim Anies-Sandi menegaskan bahwa talkshow harus fokus pada adu gagasan, bukan adu sorak antar pendukung. Kami ingin dialog antar calon di TV bukan untuk memperuncing suasana tapi menjadi kesempatan untuk mendiskusikan program. Karena itu Tim Anies-Sandi meminta bahwa acara cukup dihadiri 30-50 undangan non pendukung paslon. Acara Rosi menolak permintaan tentang undangan terbatas itu dan menegaskan akan jalan terus, meskipun Kami sudah sampaikan resikonya adalah Bang Sandi tidak bisa hadir.
Di sini, bahkan di saat sudah jelas tidak ada kesepakatan dan Bang Sandi jelas tidak hadir, Acara Rosi pun tetap saja mengiklankan bahwa dua pasang calon akan hadir. Sesuatu yang tidak seharusnya terjadi.
Menanggapi juru bicara Tim Basuki-Djarot, Anies-Sandi, baik sebagai pasangan maupun sendiri-sendiri, tidak pernah memiliki trauma terhadap debat. Bahkan sekitar seminggu sebelum ini, Anies sekali lagi membuktikan dominasinya terhadap Basuki yang konon kekalahannya di debat itu disebabkan semata-mata karena beliau sedang sakit gusi.
Jakarta, Minggu 2 April 2017
ANIES-SANDI MEDIA CENTER
Mari kita komentari satu per satu.
1. Sebagai seorang calon pemimpin suatu kota yang akan melindungi dan melayani 10 juta warganya, tidak memberikan jawaban adalah tindakan yang salah. Seorang calon pemimpin, Anies dan Sandi harus profesional dan memberikan jawaban datang atau tidak datang.
Seluruh pimpinan, karyawan Kompas TV bahkan Rosi selaku pembawa acara adalah warga DKI Jakarta yang membayar pajak secara rutin. Saya kira bukan suatu permintaan yang berlebihan bila mereka berhak untuk mendapatkan jawaban yang jelas, datang atau tidak datang ke acara mereka. Kalau Anda menjawab tidak datang, mereka tidak mungkin akan memaksa.
2. Kalimat “Pertama Kali Kedua Pasangan Calon Bertemu dalam Putaran Kedua” bisa mempunyai banyak arti. Orang menyebut kata Presiden saja kalau tanpa menyebut kata Indonesia, maka artinya bisa saja Presiden Zimbabwe. Pertama kali bertemu itu adalah benar karena memang pertama kali Kompas TV membuat acara debat di putaran kedua. Kalau Kompas TV membuat kalimat “Pertama kali dalam sejarah Indonesia”, itu baru tidak taat etika.
3. Poin nomor tiga ini sangat blunder sekali. Yang memperuncing suasana bukanlah acara debatnya, tetapi pasangan calonnya yang maju ke acara debat. Kalau cagub memberikan jawaban seputar program dan adu pintar, tidak mungkin bisa memperuncing suasana. Mohon diputar kembali acara debat Mata Najwa yang tersebar luas di Youtube, Anda bisa melihat dengan jelas yang menyerang, menyerang, dan terus menyerang dalam setiap jawaban adalah Anies Baswedan. Dalam acara tersebut, Anies tidak menggunakan waktu debat dengan baik untuk menjelaskan program.
Apakah itu salah Najwa Shihab sebagai pembawa acara? Ya jelas bukan dong. Tanya kepada calon Gubernur Anda, kenapa dia tidak menjelaskan secara konkret mengenai program yang diusung, kok malah sibuk menyerang lawan.
Adu sorak pendukung? Anda mengejek KPU?
4. Itu adalah analogi yang terbalik. Pasangan Anies dan Sandi ingin mencalonkan diri menjadi Gubernur dan wakil. Tidak seharusnya terjadi bila seseorang yang butuh publikasi malah menolak iklan gratis. Maju ke debat adalah iklan gratis senilai puluhan miliar Rupiah. Daripada Sandi bingung mikirin biaya kampanye yang membengkak, masuk TV adalah solusi yang tepat dan tanpa biaya.
5. Menang dan kalah di suatu acara debat, bukan Anda yang menilai, tapi masyarakat luas. Biarkan mereka yang menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Yang perlu Anda lakukan adalah hadir di acara debat dan biarkan warga yang menilai.
Sumber: Kumparan
Berikut adalah pernyataan resmi dari Anies dan Sandi mengenai ketidakhadiran mereka di acara debat Kompas TV:
Sampai detik terakhir, acara “Rosi dan Kandidat Gubernur” (untuk selanjutnya disebut “acara Rosi”) tidak pernah mendapatkan jawaban dari Tim Anies-Sandi tetapi acara Rosi secara sepihak terus mengiklankan acara debat.
Pada saat acara Rosi sudah dikabari pada 27/3/2017 bahwa yang hadir adalah calon Wakil Gubernur (karena Cagub seminggu sebelumnya sudah ada acara debat di TV lain), acara itu masih terus diiklankan sebagai “Pertama Kali Kedua Pasangan Calon Bertemu dalam Putaran Kedua”. Ini jelas sebuah pengabaran yang tidak sesuai fakta. Pengiklanan oleh Acara Rosi yg tidak benar itu menjadi catatan khusus bagi tim Anies-Sandi. Terlihat bahwa Acara Rosi tidak taat etika.
Disamping itu, tim Anies-Sandi menegaskan bahwa talkshow harus fokus pada adu gagasan, bukan adu sorak antar pendukung. Kami ingin dialog antar calon di TV bukan untuk memperuncing suasana tapi menjadi kesempatan untuk mendiskusikan program. Karena itu Tim Anies-Sandi meminta bahwa acara cukup dihadiri 30-50 undangan non pendukung paslon. Acara Rosi menolak permintaan tentang undangan terbatas itu dan menegaskan akan jalan terus, meskipun Kami sudah sampaikan resikonya adalah Bang Sandi tidak bisa hadir.
Di sini, bahkan di saat sudah jelas tidak ada kesepakatan dan Bang Sandi jelas tidak hadir, Acara Rosi pun tetap saja mengiklankan bahwa dua pasang calon akan hadir. Sesuatu yang tidak seharusnya terjadi.
Menanggapi juru bicara Tim Basuki-Djarot, Anies-Sandi, baik sebagai pasangan maupun sendiri-sendiri, tidak pernah memiliki trauma terhadap debat. Bahkan sekitar seminggu sebelum ini, Anies sekali lagi membuktikan dominasinya terhadap Basuki yang konon kekalahannya di debat itu disebabkan semata-mata karena beliau sedang sakit gusi.
Jakarta, Minggu 2 April 2017
ANIES-SANDI MEDIA CENTER
Mari kita komentari satu per satu.
1. Sebagai seorang calon pemimpin suatu kota yang akan melindungi dan melayani 10 juta warganya, tidak memberikan jawaban adalah tindakan yang salah. Seorang calon pemimpin, Anies dan Sandi harus profesional dan memberikan jawaban datang atau tidak datang.
Seluruh pimpinan, karyawan Kompas TV bahkan Rosi selaku pembawa acara adalah warga DKI Jakarta yang membayar pajak secara rutin. Saya kira bukan suatu permintaan yang berlebihan bila mereka berhak untuk mendapatkan jawaban yang jelas, datang atau tidak datang ke acara mereka. Kalau Anda menjawab tidak datang, mereka tidak mungkin akan memaksa.
2. Kalimat “Pertama Kali Kedua Pasangan Calon Bertemu dalam Putaran Kedua” bisa mempunyai banyak arti. Orang menyebut kata Presiden saja kalau tanpa menyebut kata Indonesia, maka artinya bisa saja Presiden Zimbabwe. Pertama kali bertemu itu adalah benar karena memang pertama kali Kompas TV membuat acara debat di putaran kedua. Kalau Kompas TV membuat kalimat “Pertama kali dalam sejarah Indonesia”, itu baru tidak taat etika.
3. Poin nomor tiga ini sangat blunder sekali. Yang memperuncing suasana bukanlah acara debatnya, tetapi pasangan calonnya yang maju ke acara debat. Kalau cagub memberikan jawaban seputar program dan adu pintar, tidak mungkin bisa memperuncing suasana. Mohon diputar kembali acara debat Mata Najwa yang tersebar luas di Youtube, Anda bisa melihat dengan jelas yang menyerang, menyerang, dan terus menyerang dalam setiap jawaban adalah Anies Baswedan. Dalam acara tersebut, Anies tidak menggunakan waktu debat dengan baik untuk menjelaskan program.
Apakah itu salah Najwa Shihab sebagai pembawa acara? Ya jelas bukan dong. Tanya kepada calon Gubernur Anda, kenapa dia tidak menjelaskan secara konkret mengenai program yang diusung, kok malah sibuk menyerang lawan.
Adu sorak pendukung? Anda mengejek KPU?
4. Itu adalah analogi yang terbalik. Pasangan Anies dan Sandi ingin mencalonkan diri menjadi Gubernur dan wakil. Tidak seharusnya terjadi bila seseorang yang butuh publikasi malah menolak iklan gratis. Maju ke debat adalah iklan gratis senilai puluhan miliar Rupiah. Daripada Sandi bingung mikirin biaya kampanye yang membengkak, masuk TV adalah solusi yang tepat dan tanpa biaya.
5. Menang dan kalah di suatu acara debat, bukan Anda yang menilai, tapi masyarakat luas. Biarkan mereka yang menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Yang perlu Anda lakukan adalah hadir di acara debat dan biarkan warga yang menilai.
Sumber: Kumparan

0 Response to "Sang Pengecut ( Anies dan Sandi ) Tidak Datang di acara debat Kompas TV"
Post a Comment