Seksinya Investasi di Era Jokowi


Negara Indonesia di bawah pemerintahan era Jokowi, tidak henti-hentinya berusaha menarik investasi baik dari dalam dan luar negeri.

Untuk luar negeri, barangkali dari sekian banyaknya negara yang telah menanamkan dananya di Indonesia, yang paling banyak merebut perhatian publik adalah kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi.

Kedatangan Raja Salman, bertepatan dengan situasi politik dalam negeri, yang sedang hangat-hangatnya, yaitu Pilkada di DKI Jakarta.

Lalu bagaimana cara pemerintah, dalam menarik minat investor dalam negeri? Dengan tujuan atau maksud masyarakat, secara tidak langsung turut menumbuhkan perekonomian indonesia. Dengan cara menjadi seorang investor, dalam skala kecil atau sesuai dengan kemampuan.

Pemahaman tentang investasi bagi sebagian masyarakat perkotaan, mungkin sudah familiar. Sedang untuk masyarakat di daerah atau pedesaan belum begitu terdengar.

Akibat kurangnya edukasi tentang investasi, atau pemahaman yang benar tentang investasi, menjadi makanan empuk orang-orang atau perusahaan-perusahaan yang tidak jelas tanpa legalitas dari pemerintah, alias bodong.

Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah bagi OJK (Otoritas Jasa Keuangan), sebagai lembaga otoritas tertinggi di bidang jasa keuangan, kepanjangan tangan dari pemerintah, yang memiliki wewenang sesuai fungsi, peran dan tugasnya, menertibkan perusahaan-perusahaan yang tidak jelas dan sangat merugikan masyarakat luas.

Investasi memang sangat menarik. Namun jika salah dalam memahaminya, bisa menjadi bomerang di kemudian hari.

OJK sendiri sangat gencar mengkampanyekan ke masyarakat. Barangkali ini adalah salah satu upaya pemerintah untuk mengedukasi masyarakat, agar menempatkan dananya pada instrumen yang benar. Aman, nyaman dan tentu legal.

PT. Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan gencar mengkampayekan YNS atau “Yuk Nabung Saham”. Yuk Nabung Saham memiliki tujuan untuk mengajak masyarakat sebagai calon investor untuk berinvestasi di pasar modal dengan membeli Saham secara rutin dan berkala. (Sumber)

Kampanye Yuk Nabung Saham sendiri diluncurkan oleh Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla pada tanggal 12 November 2015, di Main Hall Gedung Indonesia Stock Exchange.


Kampanye ini dimaksudkan agar merubah kebiasaan masyarakat Indonesia dari kebiasaan menabung menjadi berinvestasi, sehingga masyarakat Indonesia mulai bergerak dari saving society menjadi investing society.

Tingkat pemahaman (Literasi) masyarakat Indonesia, terhadap investasi dalam bentuk saham atau pasar modal masih sangat rendah dibandingkan dengan jasa keuangan yang lain. Dan harapannya dengan konsep yang baru (Yuk Nabung Saham) tersebut masyarakat minat.

Kran investasi pada era Presiden Jokowi terbilang lebih mudah. Namun sayangnya seperti yang saya kemukakan diatas, justru sering dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan bodong yang mengambil kesempatan. Investasi memang terlihat seksi tapi prinsip kehati-hatian itu wajib.

Harapan dari pemerintah sendiri tentu baik. Agar masyarakat mulai melirik instrumen lain. Salah satu contohnya adalah bahwa selama ini pemahaman masyarakat tentang menabung hanya di lembaga perbankan. Sedangkan lembaga non perbankan, seperti industri asuransi tidak dilirik sama sekali.

Padahal di industri asuransi, menawarkan ragam produk tabungan investasi yang memiliki manfaat ganda. Yang tentu saja tidak dimiliki oleh lembaga perbankan. Terutama untuk tabungan yang sifatnya jangka panjang.


Pada industri asuransi biasanya ada produk unitlink dimana produk ini adalah perpaduan antara proteksi dan investasi. Proteksi yang dimaksud disini adalah asuransi jiwa, kecelakaan atau biaya rumah sakit. Lalu investasi.

Akan tetapi, ada pula unitlink yang hanya menawarkan sisi asuransi jiwa dan tabungan investasi saja. Sehingga maksud dan tujuan penyedia jasa ini, ingin memaksimalkan pada sisi tabungan investasinya.

Tujuan unitlink yang hanya fokus pada tabungan investasi semata-mata untuk jaring pengaman keuangan jangka panjang. Seperti untuk persiapan masa pensiun, biaya pendidikan anak, biaya ibadah dlsb.

Dan menabungnya pun tidak seumur hidup. Akan tetapi berdasarkan kontrak. Dan setelah itu nasabah tidak perlu lagi menabung. Dana dapat diambil atau terus diendapkan untuk persiapan jangka panjang, seperti yang saya sebutkan diatas.

Banyak industri asuransi dengan produk unitlink yang ditawarkan di masyarakat. Biasanya kontrak menabung antara 5 s/d 10 tahun. Tentunya ini jauh lebih aman, nyaman dan legal di bawah pengawasan OJK dari pada jenis penawaran investasi yang beredar di tengah masyarakat luas tanpa adanya payung hukum yang jelas.

Penulis memberikan sebuah contoh diantara yang lain, pada salah satu perusahaan asuransi yang menangkap dengan baik konsep Yuk Nabung Saham dari BEI. Salah satunya adalah Central Asia Raya, yang banyak mendapat pengakuan, diminati oleh masyarakat.

Melalui salah satu produknya. Perusahaan ini rupanya mengembangkan dengan sistem pemasaran baru. Yaitu menggunakan sistem networks.

Direktur CAR Life Insurance Bapak Antonius Probosanjoyo
menerima penghargaan Unit Link Awards 2017 dari Direktur Utama Infovesta Bapak Parto Karwito

Sebuah siatem yang terbilang berani tapi cerdas. Setelah ditelisik lebih dalam, rupanya sistem mengadopsi networks marketing. Jadi, nasabah dilibatkan untuk menjadi bagian dari pemasaran produk itu sendiri.

Mengapa tabungan investasi ini perlu dipertimbangkan? Dan pemerintah begitu masive menganjurkan pada masyarakat Indonesia?

Sebagai gambaran jika kita menabung di bank maka nasabah hanya mendapat bunga kisaran 5% – 6%/tahun sedang deposito rata-rata 6% s/d 7% maka pada tabungan investasi produk unitlink average antara 14% – 20% pertahun. Sehingga bagi nasabah tentu menarik, mengingat tabungan mereka tumbuh diatas inflasi yang berkisar rata-rata 10%/tahun.

Sehingga Inklusi Keuangan untuk semua, yang salah satu pointnya adalah memberikan kebebasan kepada industri keuangan baik perbankan maupun non perbankan dari pemerintah. Untuk mengembangkan produk-produk mereka, oleh beberapa perusahaan jasa keuangan, ditangkap sangat baik.

Sinergi pemerintah di bidang jasa keuangan, baik dengan perusahaan plat merah maupun swasta tentunya memiliki tujuan untuk masyarakat secara luas. Dan terciptanya masyarakat yang sejahtera di masa yang akan datang.

Mengingat tantangan ke depan semakin berat. Sehingga diharapkan masyarakat secara cerdas dan bijak dapat turut serta membangun Indonesia. Salah satunya dengan cara berinvestasi dalam bentuk tabungan jangka panjang.

0 Response to "Seksinya Investasi di Era Jokowi"

Post a Comment