Program DP Nol Rupiah Anis Ternyata Rusun Bukan Rumah Tapak



Oalahhh…itu kata yang pertama keluar dari mulut saya ketika membaca berita di satu media online yang memberitakan bahwa rumah yang dimaksud Anis ternyata bukan rumah tapak atau rumah di atas tanah. Tetapi rumah vertikal alias RUSUN.


“Properti dalam program ini berbentuk hunian vertikal sederhana subsidi pemerintah dengan harga sekitar Rp 350 juta,” tulis situs tersebut seperti dikutip detikFinance, Kamis (23/2/2107).

Anis “menjebak” persepsi warga DKI Jakarta dengan kata “rumah”. Rumah itu identik dengan rumah tapak dan bukan rusun. Walau keduanya berfungsi sama. Rumah tinggal. Dan rumah tapak masih lebih diidamkan oleh banyak orang ketimbang rusun. Ini menyangkut kenyamanan dan interaksi penghuni rumah dengan lingkungannya.

Jadi rumah yang dimaksud Anis bukanlah rumah dalam arti rumah tapak. Namun dalam arti rumah susun alias rusun.

Kenapa tidak dari awal dibilang rusun. Kenapa harus dibilang rumah? Ini karena program rumah susun atau rusun ini lebih identik dengan Ahok. Pak Ahoklah yang “mempopulerkan” rusun di DKI Jakarta khususnya di tahun-tahun jabatannya sebagai gubernur.

Baik, kita mulai dari soal rumah dan rusun

Dari rumah menjadi rusun. Ide ini mungkin hasil evaluasi tim Anis bahwa harga tanah di Jakarta akan sangat sulit dijangkau oleh kantong-kantong pekerja biasa. Tanah di Jakarta selain mahal juga sudah sangat terbatas luasnya. Sudah pasti tidak akan mencukupi untuk kebutuhan tempat tinggal warga Jakarta yang jumlahnya tidak sepuluh dua puluh orang tetapi ribuan orang, bahkan jutaan orang. Jadi sangat mustahil mendirikan rumah tapak. Apalagi dengan harga 350 jt. Bisa sih bikin rumah tapak di Jakarta harga 350 jt. Bisa. Ukurannya 2×2..haha.. itu rumah atau kadang sapi, tong?

Jadi, rumah tapak murah dan tanpa DP mustahil dibangun untuk warga Jakarta. Atau kalaupun ada mukjizat pemerintah DKI Jakarta bisa bangun rumah tapak dan tanpa DP untuk warga DKI Jakarta, setidaknya untuk saat ini saya tetap bilang itu program mustahil.

Lalu Anis dan tim mulai berfikir bahwa memang rumah tapak murah dan tanpa DP adalah hal yang mustahil di DKI Jakarta, tapi sudah terlanjur bilang rumah 350 jt dan tanpa DP, maka dicarilah jurus ngeles tingkat dewa. Yakni rumah susun. Rusunkan juga rumah to?

Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa dibenak warga Jakarta pasti mengira bahwa penjelasan rumah murah dan tanpa DP yang dimaksud Anis adalah rumah tapak. Dan sekarang mereka harus kecewa bahwa rumah Anis itu ya ternyata rusun alias rumah susun.

Dan program rumah susun ini sedang digalakan oleh Ahok agar warga Jakarta mendapatkan hunian yang layak dan nyaman. Setidaknya lebih nyaman jika dibandingkan dengan tinggal di bantaran kali.

Anis ini hebat. Saya akui beliau memang hebat. Hebat ngeles. Kalau soal retorika dan ngeles, Anis jagonya. Bahkan sangat jago. Ingat soal penjelasan mengenai penghentian reklamasi yang dijelaskan di debat kedua (kalau tidak salah) oleh Anis? Di situ Anis menjelaskan bahwa reklamasi ini tidak berpihak kepada rakyat kecil dan nelayan terdampak. Reklamasi ini hanya menguntungkan orang-orang kaya saja seperti Sandi. Lalu Ahok menjawab dengan sangat telak bahwa ijin prinsip yang menjadi landasan untuk ijin-ijin lainnya mengenai reklamasi sudah sejak jaman pak Harto. Piye kabare? Isih enak jamanku to?

Oleh karena itu, Ahok tidak mendapatkan celah untuk membatalkan reklamasi maka “diperaslah” para pengembang itu untuk memberikan kontribusi sebesar-besarkan untuk warga Jakarta. Hasil kontribusi yang sangat besar itu, bahkan sampai puluhan triliun itu akan dipakai untuk bangun rusun bagi nelayan terdampak, TPI, dan lain sebagainya.

Lalu apa jawaban Anis? Anis lalu ngeles bahwa warga Jakarta butuh pantai, warga Jakarta tidak bisa lagi melihat pantai jika reklamasi diteruskan. Jancokkkk…. Ngapain larinya ke pantai? Warga Jakarta makan pantai? Warga Jakarta gak pernah merasakan pantai? Sunda kelapa tapi ngak ada nyiur-nyiur melambai? Ada, itu ada di teluk Jakarta. Masih ditanam. Nanti 5 tahun lagikan sudah melambai-lambai.

Untuk wisata pantai di Jakarta ada kok. Itu ada pantai Pulau Tidung, Pulau Pari, Pulau Pramuka, Pulau Harapan, Pulau Seribu, Pantai Carita, Pantai Anyer, dan Pantai Sawarna.

Soal keadilan reklamasi ya fokus saja ke situ. Jangan ke pantai. Keadilan reklamasi sudah dijawab Ahok panjang lebar. Hasil reklamasi itu untuk warga DKI juga kok. Bukan untuk Ahok. Lagian sertifikat reklamasi ini 100% milik DKI Jakarta. Lihatkan betapa Anis ini jago ngeles. Tetap aja ngeles walau tidak nyambung.




Sekarang soal DP dan ansuran perbulan

“Tabungan sebesar Rp 2,3 juta/bulan bila dikalikan 6 juta, hanya sebesar Rp 13,8 juta. Sementara sisanya akan dimasukkan dalam cicilan yang ditanggung masyarakat dengan cicilan bulanan menjadi Rp 2,3 juta selama 20 tahun.”

Saya pribadi gagal paham soal DP nol rupiah ini. Nabung dulu 2,3 jt selama 6 bulan. Maka hasilnya akan dipakai untuk DP. Lah, inikan namanya sama aja, bos. Nabung selama 6 bulan itu untuk DP. Jadi DPnya tidak nol rupiah tapi 13,8 juta.

Nabung dulu di Bank selama 6 bulan kan sama saja dengan menyiapkan DP. Kalau begitukan namanya bukan DP nol rupiah. Tapi DP dapat diskon. Jadi DPnya hanya dibayar sekian rupiah saja oleh masyarakat. Sisanya dibantu pemerintah.

Lalu cicilan 2,3 jt perbulan selama 20 tahun? Ndasmu soak! Gaji UMP DKI Jakarta hanya sebesar 3,35 jt. Trus kalau 3,35 jt – 2,3 jt = 1,05 jt. Bro, makan apa keluarga di Jakarta dengan uang hanya 1,05 jt? Atau katakanlah gaji UMP DKI Jakarta sebesar 3,8 jt seperti yang diusulkan “mantan” gubernur DKI Jakarta, Sumarnono: 3,8 jt – 2,3 jt = 1,5 jt.

Lalu, katakanlah lagi sekolah gratis, biaya sakit gratis, bus gratis, daging hanya 30 ribu. Lalu mau ditabung berapa tu duit? Emang lu gak nabung untuk masa depan? Apa lu mau sampai cicit lu hidup di rusun?

Apa cukup satu keluarga beranggotakan 5 orang “makan” uang 1,5 jt perbulan? Cukup sih, kalau uangnya disobek-sobek jadi kecil-kecil. Hallooo…ini Jakarta, bung. Bukan hutan belentara. Kencing aja bayar. Dan berapa banyak warga DKI Jakarta yang penghasilannya di bawah 3 jt perbulan?

Jadi program DP nol rupiah Anis ini sangat tidak realistis. Entah apapun namanya, mau rumah kek, mau rusun kek, karena bagi saya keduanya merupakan rumah tinggal. Walau Anis memang diawal sangat terkesan mendeskripsikan bahwa programnya itu adalah untuk rumah tapak. Dan bukan rumah susun. Tapi apapun, tetap saja program itu memberatkan warga DKI Jakarta yang bergaji di bawah 4 jt. So, jangan tergiur janji manis tapi busuk. Pilih yang pasti dan realistis.

Mari kita lihat apa itu realistis

Untuk perumahan bagi warga DKI Jakarta saat ini, Ahok membangun dan menawarkan sewa rusun yang hanya 150 ribu perbulan atau 5 ribu perhari. Dengan gaji 3,35 jt perbulan, bayar sewa 150 ribu perbulan masih okelah. Apalagi ditambah sekolah gratis, sakit gratis, no pungli, transJakarta gratis. Dan yang pasti lu kagak mungkin terusir dari rusun kalau lu bayar teratur.

Jadi kalau gaji 3,35 jt dan dikurangi kebutuhan sebulan, masih bisa ditabung 1-1,5 jt perbulan untuk kuliah anak. Apalagi kalau anak lu pinter, DKI Jakarta bisa bantu kuliah. Dan kalau anak lu sukses, bisa beli tanah dan bangun rumah tapak, bahagiakan lu…

Perubahan hidup itu penting. Kalau orang tua hanya bisa tinggal di rusun, semoga anak-anaknya kelak tidak. Anak-anaknya harus jadi orang sukses. Anak-anak sukses itulah yang sedang dipersiapkan Ahok. Anak tinggal di tempat yang nyaman dan mendukung proses belajarnya. Bukan tinggal di kawasan pelacuran Kalijodo atau bantaran kali Ciliwung.

Makanya, dengan gaji kecilpun, tinggal di rusun, masih bisa sedikit menabung untuk masa depan anak-anak. Tapi kalau udah gaji kecil, tiap bulan ansuran 2,3 jt selama 20 tahun, lu mau nabung apa untuk masa depan? Nabung angin?

Mana yang lebih realistis? Ahokkan. Makanya pilih Ahok. Dan semoga hidup kita bisa merubah nasib kita agar sukses dimasa depan. Minimal anak-anak kita sukses.

Ahok sudah dan sedang membantu kita agar kita bisa menyisihkan sedikit penghasilan kita untuk ditabung. Maka mari kita bantu Ahok agar beliau kembali meneruskan hal baik yang telah ia mulai dan akan diselesaikan selama 5 tahun mendatang.

Salam.

Sumber:seword.com

0 Response to "Program DP Nol Rupiah Anis Ternyata Rusun Bukan Rumah Tapak"

Post a Comment